Lampu
Merah Penuh Keriuhan.
Di sore menjelang petang aku melepaskan lelahku. Aku rebahkan tubuhku ini dikasur yang empuk. Lalu kupejamkan kedua
mata ku, ku nikmati setiap detik, menit
waktu yang berlalu dengan alunan musik pop. Ku terbawa akan alunan musik yang
ku dengar. Putaran kipas angin yang sejuk bagai angin yang sepoi-sepoi
membuatku terlena. disitu aku benar-benar merasa nyaman tampa beban. setelah cukup melepaskan lelah ku. ku buka kedua
mataku secara perlahan. Masih dengan mata
yang sayup-sayup ku tatap langit-langit kosong. Dan kemudian mata ku mulai
menuju arah jendela melihat langit sudah gelap dan bertaburan bintang. Dan kuraih
ponsel ku lihat jam menunjukan pukul 20.00 wib.
Kian malam kian dingin angin yang menghampiriku. Ku
pandanngi buku-buku yang tertatarapi dan
rasanya ada yang nganjal. Dan ku sadari bahwa
ada tugas menganalisi salah satu puisi karangan pak Naka dalam bukunya yang berjudul perayaan
laut yang belum aku buat. Segera ku
ambil laptop dan membukanya. sembari
menunggu ku ambil buku yang berjudul “ perayaan laut” untuk mengambil
salah satu puisi untuk dikaji. . Tugas tersebut diberikan oleh pak Naka pada
minggu lalu. Beliau memiliki nama lengkap Setia Naka Andrian yang merupakan dosen Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
UPGRIS yang mengampu mata kuliah kajian
puisi. banyak karya-karnya beliau yang dimuat di koran, seperti di koran suara
merdeka salah satunya adalah “ serat” bikin gairah pada 11 febuari 2016. Ada 76 judul puisi dalam buku beliau yang
bertajubkan “ perayaan laut”.
Puisi
karya sejati, dalam lingkungan sosial
Puisi sejatinya tercipta dari peristiwa yang telah dialami seseorang baik secara langsung atau
tidak dalam kehidupnya yang mencangkup lingkungan
sosial, agama, budaya, kebiasaan yang direkam dan kemudian dituangkan dalam
media tulis dengan kata-kata yang indah.
Sama halnya dengan puisi-puisi yang diciptakan oleh pak Naka mungkin
tercipta dari segelintir peristiwa yang telah beliau alami atau sedang beliau
alami dalam kehidupan sehari-harinya dalam
lingkungan sosial. Dalam buku ini, pak Naka mencoba untuk menyampaikan
sebuah pesan yang mudah dipahami oleh pembacaya lewat puisi. Salah satu Contoh puisi
yang menarik buat aku jadikan bahan kajian puisi adalah puisi yang berjudul
“ lampu merah” berikut puisinya
LAMPU MERAH
karya : Setia Naka Andrian
Kau tak tahu,
bagaimana lampu merah memperbudak dirimu
dengan keras
Bunyi klakson bersahutan begitu kencang
dan aroma keringat yang berhamburan di aspal
tak membuatmu
sabar
Bahwa di lampu merah,
Orang-orang memiliki kecemasan tungal
Di lampu merah mereka tak pernah bertatap sapa
Dalam puisi tersebut
tergambarkan bahwa orang-orang patut terhadap lampu merah atau rambu-rambu lalu
linta. Namun dalam keadaan tersebut orang-orang tidak memiliki kesabar untuk
menunggu hal-hal yang kecil. Hal tersebut tergambar pada bait kedua yang menyatakan bahwa mereka bersaut-sautan klakson dengan kencang. Jika diulas kembali
selain mereka tidak memiliki kesabaran mereka juga dapat menggangu orang lain karena kebisingan yang mereka
ciptakan. Mereka sering terburu-buru dan memiliki kecemasan hingga tak memikirkan keselamtannya sendiri.
Mereka bersikap egois dan acuh terhadap satu
sama lain. Tidak saling bertegur sapa malah mereka terus menatap lampu
merah dan mereka terlihat tak
sabar untuk melaju dengan kencang hingga tidak memperdulikan keadaan sekitar
mereka.